KARYA TULIS ILMIAH
PENGARUH
KEBERSIHAN LINGKUNGAN TERHADAP MOTIVASI BELAJAR SISWA
SMA
NEGERI 1 WONOAYU
OLEH :
1.
IKA
NUR HIKMAH / XI IPA-3 / 02
2.
DEWI
RATNA SWARI / XI IPA-3 / 30
PEMERINTAH
KABUPATEN SIDOARJO
DINAS
PENDIDIKAN
SMA
NEGERI 1 WONOAYU
TAHUN
PELAJARAN 2012-2013
Jl.
Raya Pagerngumbuk-Wonoayu-Sidoarjo
Telp.
(031) 8977980
KATA PENGANTAR
Puji syukur kehadirat Allah Yang Maha Pemurah, yang
senantiasa melimpahkan kasih sayang kepada segenap
makhluk-Nya, termasuk pada kami, sehingga karya tulis yang berjudul “Pengaruh Kebersihan Lingkungan terhadap
Motivasi Belajar Siswa SMA Negeri 1 Wonoayu” ini dapat terselesaikan tanpa
suatu halangan yang sebelumnya kami perkirakan cukup berarti.
Karya tulis ini disusun dengan tujuan menginformasikan tentang pengertian
kebersihan, pentingnya kebersihan sarta hubungannya dengan motivasi belajar
siswa.
Keberhasilan
penyusunan karya tulis ini tidak lepas
dari kerjasama berbagai pihak. Oleh sebab itu, pantas kiranya kami menyampaikan
ucapan terima kasih kepada :
1. Drs. Purwanto, M.M
selaku Kepala SMAN 1 Wonoayu atas bantuannya baik yang berupa moril maupun
materiil.
2.
Bapak
dan ibu guru yang telah membimbing kami dalam menuntut ilmu di SMAN 1 Wonoayu.
3.
Drs.
Latif Labib selaku guru pembimbing mata pelajaran Bahasa Indonesia atas saran dan
arahannya dalam penyusunan karya
tulis
ini.
4.
Teman-teman dan berbagai pihak yang secara langsung maupun tidak langsung
membantu menyelesaikan karya
tulis ini.
Sebagai manusia
biasa, kami sadar bahwa dalam penyusunan karya tulis ini terdapat
banyak kesalahan, kekurangan dan jauh dari kesempurnaan. Oleh sebab itu, kritik
dan saran saudara sekalian sangat kami harapkan untuk dapat menjadi korektor,
motivator dan kontrol bagi kami. Terima kasih
Sidoarjo,
5 November 2012
Team Panitia
DAFTAR ISI
HALAMAN SAMPUL ................................................................................. i
HALAMAN JUDUL ....................................................................................ii
HALAMAN PENGESAHAN ...................................................................... iii
HALAMAN MOTTO ................................................................................... iv
HALAMAN PERSEMBAHAN.................................................................... v
KATA PENGANTAR .................................................................................. vi
DAFTAR ISI ................................................................................................ vii
BAB I PENDAHULUAN ............................................................................ 1
1.1.
Latar
Belakang Masalah ...................................................................... 1
1.2.
Rumusan
Masalah ............................................................................... 2
1.3.
Tujuan
Penulisan ................................................................................. 2
1.4.
Manfaat
Penulisan ………………………………………………….. 3
1.5.
Metode
Penulisan ................................................................................ 3
BAB II PEMBAHASAN ............................................................................. 4
2.1.
Pengertian
Kebersihan ......................................................................... 4
2.2.
Macam-Macam
Kebersihan ................................................................. 5
2.3.
Teori-Teori
Belajar .............................................................................. 6
2.4.
Motivasi
Berprestasi ............................................................................ 11
2.5.
Arti
Penting Kebersihan ...................................................................... 12
2.6.
Pengaruh
Kebersihan terhadap Proses Belajar Mengajar .................... 13
2.7.
Upaya
MenciptakanSekolah yang Bersih ............................................ 13
2.8.
Hasil
Penelitian
.................................................................................... 14
2.9.
Analisis
Data ....................................................................................... 17
2.10.
Kondisi
Kebersihan di SMA Negeri 1 Wonoayu ................................ 18
2.11.
Peran
Siswa dalam Menjaga Kebersihan Lingkungan Sekolah .......... 19
2.12.
Pengaruh
Kondidi Lingkungan Sekolah terhadap Motivasi Berprestasi Siswa
................................................................................................... 20
BAB III PENUTUP
...................................................................................... 21
3.1. Kesimpulan ............................................................................................ 21
3.2.
Saran
...................................................................................................... 21
DAFTAR PUSTAKA ……………………………………………………. 22
Lampiran
1
.................................................................................................... 23
Lampiran
2 .................................................................................................... 24
HALAMAN PERSEMBAHAN
Dalam penyelesaian penulisan Karya Tulis
ini, penulis banyak dibantu oleh berbagai pihak, oleh karena itu pada
kesempatan ini penulis juga ingin mengucapkan terima kasih yang setulusnya
kepada :
1.
Keluarga
tercinta
2.
Bapak
atau Ibu guru terhormat, dan
3.
Teman-teman
semua yang berbahagia
“Kita semua dilahirkan untuk cinta,
itulah permulaan dan akhir kehidupan” (Daryanto:132).
“Bagi kami keluarga lah yang senantiasa
memberikan kasih sayang dan cinta kasih serta semangat baik moral maupun materiil.
Begitu juga dengan kita, cinta suci kepada keluarga harus selalu tercurahkan
dalam keadaan apapun. Tuhan memberikan kasih dan karunia serta kehidupan yand
damai sejahtera selalu.
“Segala keranjang dapat penuh karena
isi, hanya keranjang ilmu, kian minta tambah isi” (Ali Bin Abu Tholib:39). Hal itu layaknya pantas jika diibaratkan
dengan semangat kami untuk memintah arahan dan bimbingan kepada Bapak/Ibu guru
yang dengan setia dan tanpa kenal lelah demi terselesaikannya Karya Tulis
Ilmiah ini. Dan utamanya kepada Bapak Drs. Latif Labib selaku guru pembimbing.
“Kawan sejati dapat diibaratkan suatu
tanaman yang lambat tumbuhnya dan harus bertahan terhadap pukulan-pukulan nasib
malang, sebelum berhak disebut kawan sejati”(Washington:183).
Kawan itu memang selalu mendampingi kami
baik susah maupun senang. Dan, kawan pula yang senantiasa memberi semangat dan
dukungan penuh kepada kami dalam menyelesaikan Karya Tulis ini.
HALAMAN PENGESAHAN
Karya
Tulis yang berjudul “Pengaruh Kebersihan
Lingkungan terhadap Motivasi Belajar Siswa” ini mulai dikerjakan pada
tanggal 5 November 2012 sampai tanggal 14 November 2012.
Disusun Oleh :
1.
Ika
Nur Hikmah / XI IPA-3 / 02
2.
Dewi
Ratna Swari / XI IPA-3 / 30
Telah mendapat persetujuan dari pembimbing Karya
Tulis Ilmiah SMA Negeri 1 Wonoayu.
Wonoayu, 14 November 2012
|
|||
|
|||
|
Motto :
s
Lingkungan Bersih itu
Awal dari Hidup Sehat
s
Lingkungan Bersih Ok
BAB I
PENDAHULUAN
1.1. Latar
Belakang Masalah
Zaman
semakin berubah, berbagai macam perusahaan dan industri rumah tangga ikut
tumbuh dengan pesat. Manusia pun ikut berubah, dari yang dahulunya memiliki
kepedulian terhadap lingkungan, kini sikap seperti itu sangat jarang dijumpai.
Memang, lambat laun manusia di bumi kita ini bersikap sangat egois dengan
lingkungannya. Sikap-sikap seperti itu hendaklah kita jauhi karena dengan sikap
yang sedemikian itu, lama-kelamaan lingkungan yang dahulunya asri, indah, dan
damai ini menjadi sebuah pemandangan yang tidak sedap untuk dipandang.
Seringkali
kita mendengar slogan-slogan di berbagai tempat terutama di sekolah, yang
isinya mengajak kita untuk menjaga kebersihan lingkungan. Akan tetapi slogan
tadi tidak kita pedulikan, slogan tadi fungsinya hanya seperti hiasan belaka
tanpa ada isinya, padahal isi dari sebuah slogan sangat penting bagi kita.
Banyak slogan yang mengajak kita untuk menjaga kebersihan, tapi apa
kenyataannya? Siswa masih membuang sampah sembarangan, selain ini siswa juga
merobek-robek kertas dalam kelas dan bila memakan jajan di tempat A bungkusnya
dibuangnya juga di tempat A, padahal di tempat-tempat tersebut telah disediakan
tempat sampah.
Tentu kita
tidak mau sekolah kita menjadi kotor, kumuh dan penuh dengan sampah. Disamping
itu sampah yang kita buang sembarangan tadi juga dapat mencemari lingkungan,
baik di dalam kelas maupun di luar kelas dan juga dapat menyebabkan suasana
belajar kita tidak nyaman.
Kebersihan
merupakan sebagian dari iman. Itulah slogan yang sering kita dengar selama ini.
Maka kita harus selalu menjaga kebersihan dimanapun kita berada.
Kebersihan juga penting bagi kesehatan kita, karena dalam tubuh yang sehat
terdapat jiwa yang kuat. Demikian juga dengan lingkungan sekolah. Kegiatan
belajar mengajar juga dipengaruhi oleh lingkungan sekitar. Konsentrasi dari
otak tidak terlepas dari lingkungan. Jika lingkungan bersih, maka dapat
meningkatkan konsentrasi kerja otak sehingga diharapkan dapat meningkatkan
prestasi belajar. Begitu juga sebaliknya, jika lingkungan kotor maka dapat
menurunkan konsentrasi kerja otak sehingga prestasi belajar akan
menurun juga.
Masalah
kepedulian terhadap lingkungan juga terjadi di SMA Negeri 1 Wonoayu. Semua guru
dan para siswa sibuk dengan urusannya sendiri-sendiri. Buktinya saja, para guru
yang tetap sibuk untuk mengajar, begitu pula dengan para siswa yang sibuk untuk
mengerjakan tugasnya dan dianggapnya lebih penting daripada mengurusi
lingkungan di SMA Negeri 1 Wonoayu. Padahal, masalah lingkungan sangatlah
penting untuk memotivasi para siswa dan demi kenyamanan kita belajar. Secara
logika, apabila lingkungan sekitar SMA Negeri 1 Wonoayu bersih, penghuninya
akan nyaman dalam menerima pelajaran dan akal pikiran juga menjadi fresh.
Dengan kenyataan itu, hendaknya sebagai pelajar, haruslah memiliki sikap
kepedulian terhadap lingkungan.
1.2. Rumusan
Masalah
a. Bagaimana
kondisi Kebersihan Lingkungan SMA Negeri 1 Wonoayu ?
b. Bagaimanakah
peran serta siswa dalam menjaga kebersihan di lingkungan sekolah ?
c. Bagaimana
motivasi belajari siswa SMA Negeri 1 Wonoayu ?
d.
Bagaimana pengaruh
kondisi kebersihan lingkungan sekolah terhadap motivasi belajar siswa SMA
Negeri 1 Wonoayu ?
1.3. Tujuan
Penulisan
a. Untuk
mengetahui kondisi kebersihan lingkungan SMA Negeri 1 Wonoayu.
b. Untuk
mengetahui peran serta siswa dalam menjaga kebersihan di lingkungan sekolah.
c. Untuk
mengetahui motivasi belajar siswa SMA Negeri 1 Wonoayu.
d. Untuk
mengetahui pengaruh kondisi kebersihan lingkungan sekolah terhadap motivasi
belajar siswa SMA Negeri 1 Wonoayu.
1.4. Manfaat
penelitian
1.
Manfaat Teoritis
Secara teori, penelitian seperti ini
dapat memunculkan pemikiran-pemikiran baru tentang terciptanya lingkungan yang bersih dan sehat. Misalnya,
teori untuk mendaur ulang sampah maupun pemusnahan sampah yang aman bagi lingkungan atau beberapa teori lain
yang juga bertujuan untuk meningkatkan kualitas lingkungan. Dengan hal itu,
manusia pun mendapatkan pengetahuan baru dan dapat menerapkannya pada
lingkungan sebagai bentuk kepeduliannya.
2.
Manfaat Praktis
·
Bagi
Lembaga Sekolah
Dapat digunakan sebagai acuan untuk
mengatasi berbagai permasalahan kebersihan yang dihadapi lembaga tersebut.
·
Bagi
Siswa-Siswi SMA Negeri 1 Wonoayu
Dapat menambah wawasan siswa-siswi untuk
dapat mengetahui, memahami penerapan ilmunya di dalam lingkungan sekitarnya.
1.5. Metode
Penulisan
Pengambilan data dengan cara menyebarkan angket pada
siswa guna untuk mengetahui kondisi lingkungan saat ini dan wawancara
pada pihak kurikulum sekolah untuk mengetahui tingkat prestasi siswa di
SMA Negeri 1 Wonoayu. Dari hasil angket dan wawancara tersebut kami akan
mencari pengaruh kondisi kebersihan lingkungan sekolah terhadap prestasi siswa
SMA Negeri 1 Wonoayu
BAB
II
PEMBAHASAN
2.1.
Pengertian Kebersihan
Berikut ini beberapa pengertian
kebersihan :
a.
Lingkungan
adalah segala sesuatu yang terdapat disekitar makhluk hidup dan membawa
pengaruh terhadap kehidupan makhluk hidup tersebut. (Sutarno, 1990:10)
b.
Kebersihan adalah upaya
manusia untuk memelihara diri dan lingkungan dari segala yang kotor dan keji
dalam rangka mewujudkan dan melestarikan kehidupan yang sehat dan nyaman.
Kebersihan merupakan syarat bagi terwujudnya kesehatan dan sehat adalah salah
satu faktor yang dapat memberikan kebahagiaan. Sebaliknya, kotor tidak hanya
merusak keindahan tetapi, juga menyebabkan timbulnya berbagai penyakit.
c.
Kebersihan
merupakan salah pokok dalam memelihara kelangsungan eksistensinya, sehingga
tidak ada satupun makhluk kecuali berusaha untuk membersihkan dirinya, walaupun
makhluk tersebut dinilai kotor. Pembersihan diri tersebut, secara fisik
misalnya, ada yang menggunakan air, tanah, air dan tanah. Bagi manusia
membersihkan diri tersebut dengan tanah dan air tidak cukup, tetapi ditambah
dengan menggunakan dedaunan pewangi, malahan pada zaman modern sekarang
menggunakan sabun mandi, bahkan untuk pembersih wajah ada sabun khusus dan lain
sebagainya. Pada manusia konsep kebersihan, bukan hanya secara fisik, tetapi
juga psikhis, sehingga dikenal istilah kebersihan jiwa, kebersihan hati,
kebersihan spiritual dan lain sebagaianya. (Prof .Dr. M. Aburrahman MA)
d. Menurut Undang
- Undang RI nomor 23 tahun 1997 tentang pengelolaan lingkungan hidup pasal 1
ayat 1 menebutkan bahwa yang dimaksud dengan lingkungan hidup adalah kesatuan
ruang dengan semua benda, daya, keadaan dan makhluk hidup termasuk di dalamnya
manusia dan perilakunya yang memengaruhi kelangsungan peri kehidupan dan
kesejahteraan manusia serta makhluk hidup lainnya.
e. Kebersihan
adalah keadaan bebas dari kotoran, termasuk diantaranya debu,sampah, dan bau.
f. Kebersihan
adalah salah satu tanda dari keadaan higienis yang baik.
g.
Kebersihan lingkungan
adalah kebersihan tempat tinggal, tempat kerja, dan berbagai sarana umum.
2.2.
Macam
- Macam Kebersihan
1.
Kebersihan sebagian dari iman
Kebersihan adalah
sebagian dari iman, itulah motto yang terus didengung-dengungkan di dalam dunia
pendidikan maupun dalam instansi terkait. Tapi kadang kita selalu bertanya
dengan motto di atas jika kita menjumpai kehancuran lingkungan hidup dan juga
menemukan sampah berserakan di mana-mana. Hampir dijumpai di kota-kota besar
sampah berserakan di sudut-sudut kota.
Dengan prinsip
Kebersihan sebagian dari Iman sebenarnya sudah bisa diterapkan dalam prilaku
manusia orang perorangan. Tapi lucunya kebersihan itu ibarat simbol belaka
tanpa ada tindakan yang nyata. Kerap kali kita sering berbicara kebersihan, tapi
prakteknya kebanyakan adalah sulit mengaktualisasikannya dengan baik. Untuk
memulai prilaku kebersihan sebagian dari iman memang perlu bekerjasama dengan
berbagai pihak. Menerapkan prilaku ini diperlukan keikut sertaan penegak hukum
dan pembuat kebijakan agar mau mewujudkan cita-cita ini secara bersama-sama. Semua
harus dimulai dalam diri pribadi manusia. Hukum sangat berperan penting dalam
prilaku kehidupan manusia.
2.
Kebersihan Rohani dan Jasmani
Kebersihan Jasmani adalah kebersihan yang berkenaan kebersihan
tubuh ( physic) dan kebersihan lingkungan secara internal (
Tempat tinggal , sekolah, dll. ) maupun secara external ( jalan raya, selokan,
sungai , pantai , udara dan air ) yang diwujudkan pada kesadaran individu (
pribadi ) atau masyarakat ( public ) dalam mendapatkan kenyamanan secara
layak pada kehidupannya. Kebersihan Rohani adalah kebersihan secara spirirualitas
yang ada pada diri seseorang dari pola pikirnya, kesadarannya , sikap atau
prilaku , jiwanya dan mentalnya tidak ternodai dari hal – hal yang dilarang
oleh Islam baik secara Abstract maupun secara Transparant yang akan
menuju kesempurnaan individu / seseorang dalam menjalankan agamanya.
3.
Kebersihan Perilaku
Kebersihan
Lingkungan Sekolah Pengetahuan tentang lingkungan perlu diberikan sejak dini
agar dapat memberikan pemahaman yang mendalam akan pentingnya lingkungan bagi
manusia sehingga dapat menghasilkan warga Negara yang mempunyai perilaku yang
bertanggungjawab terhadap lingkungannya dan menumbuhkan rasa kesadaran
lingkungan. Meskipun sudah mendapat pengetahuan lingkungan di sekolah,
realitanya beberapa SMA di kecamatan wonoayu kabupaten Sidoarjo masih banyak
siswa yang tidak peduli dengan lingkungannya. Pengetahuan, sikap dan perilaku
mereka tentang kebersihan lingkungan di sekolah masih rendah.
2.3.
Teori-teori Belajar
Menurut Sukmadinata (2004 : 167), teori- teori belajar bersumber dari teori atau aliran –
aliran psikologi. Secara garis besar dikenal ada tiga rumpun besar psikologi
yaitu : teori disiplin mental, behaviorisme, dan kognitif- gestalt - field.
1.
Teori disiplin mental
Menurut rumpun psikologi ini, individu memiliki kekuatan kemampuan, atau potensi-potensi tertentu. Belajar adalah pengembangan dari kekuatan-kekuatan kemampuan dan potensi-potensi tersebut. Bagaimana proses pengembangan kekuatan-kekuatan tersebut tiap aliran atau teori mengemukakan pandangan yang berbeda.
Menurut rumpun psikologi ini, individu memiliki kekuatan kemampuan, atau potensi-potensi tertentu. Belajar adalah pengembangan dari kekuatan-kekuatan kemampuan dan potensi-potensi tersebut. Bagaimana proses pengembangan kekuatan-kekuatan tersebut tiap aliran atau teori mengemukakan pandangan yang berbeda.
2.
Teori behaviorisme
Rumpun teori ini disebut behaviorisme karena sangat menekankan perilaku atau tingkah laku yang dapat diamati. Teori- teori dalam rumpun ini bersifat molekular, karena memandang kehidupan individu terdiri atas unsur- unsur seperti halnya molekul- molekul.
Rumpun teori ini disebut behaviorisme karena sangat menekankan perilaku atau tingkah laku yang dapat diamati. Teori- teori dalam rumpun ini bersifat molekular, karena memandang kehidupan individu terdiri atas unsur- unsur seperti halnya molekul- molekul.
3.
Teori cognitif- gestalt- field
Rumpun ketiga adalah kognitif-gestalt–field. Kalau rumpun behaviorisme
bersifat molekular (menekankan unsur- unsur), maka rumpun ini bersifat molar
atau bersifat keseluruhan dan keterpaduan. Teori kognitif, dikembangkan oleh
para ahli psikologi kognitif, teori ini berbeda dengan behaviorisme, bahwa yang
utama pada kehidupan manusia adalah mengetahui (knowing) dan bukan respons.
Namun untuk
memulai semua itu perlulah kita ketahui terlebih dahulu bagaimana prinsip
pengelolaan sistem, dimana terdapat perbedaan pendekatan paradigma top-down dan
paradigma bottom-up dalam berbagai lapisan. Diantaranya pada sistem pendidikan
pendekatan paradigma top-down berupa menentukan ketentuan untuk membudayakan
peserta didik sedangkan paradigma bottom-up menjamin aturan pokok dan
tersedianya sumber daya.
Pada sistem
pengelolaan menurut paradigma top-down harus mampu menunjukkan petunjuk
operasional sedangkan paradigma bottom-up hanya menyediakan informasi yang ada
dan mengatur sumber daya yang diperlukan tanpa perlu menunjukan petunjuk
operasionalnya. Pada paradigma top-down sistem belajar pembelajaran harus mampu
melaksanakan petunjuk dan mengawasi agar segala sesuatunya sesuai dengan
petunjuk yang ada. Namun menurut paradigma bottom-up sistem belajar
pembelajaran harus bisa merancang terlebih dahulu pedoman yang akan
dilaksanakan dan mengelola sumber belajar agar dapat menarik minat siswa
sehingga pengalaman belajar siswa yaitu mampu memecahkan masalah belajar.
Berbeda dengan paradigma top-down dimana pengalaman belajar siswa hanya
merespon pelajaran.
Setelah
memahami mengenai paradigma top-down dan bottom-up maka seorang guru dalam
menggunakan media pendidikan yang efektif, harus memiliki pengetahuan dan
pemahaman yang cukup tentang media pendidikan atau pengajaran.
Pengetahuan
tersebut menurut Oemar Hamalik (1985: 16), dalam Asnawir & Usman (2002:
18):
1.
Media sebagai alat komunikasi guna
lebih mengefektifkan proses belajar mengajar,
2.
Media berfungsi sebagai alat untuk
mencapai tujuan pendidikan,
3.
Penggunaan media dalam proses
belajar mengajar,
4.
Hubungan antara metode mengajar
dengan metode pendidikan,
5.
Nilai dan manfaat media pendidikan,
6.
Memilih dan menggunakan media
pendidikan,
7.
Mengetahui berbagai jenis alat dan
teknik media pendidikan,
8.
Mengetahui penggunaan media
pendidikan dalam setiap mata pelajaran yang diajarkan,
9.
Melakukan usaha-usaha inovasi dalam
media pendidikan. Karena itu media pendidikan sangat penting sekali untuk
menungjang pencapaian tujuan dari pendidikian itu sendiri.
Lingkungan
adalah sesuatu gejala alam yang ada disekitar kita, dimana terdapat interaksi
antara faktor biotik (hidup) dan faktor abiotik (tak hidup). Lingkungan
menyediakan rangsangan (stimulus) terhadap individu dan sebaliknya individu
memberikan respons terhadap lingkungan. Dalam proses interaksi itu dapat
terjadi perubahan pada diri individu berupa perubahan tingkah laku.
Oemar
Hamalik (2004 : 194) dalam teorinya “Kembali ke Alam” menunjukan betapa
pentingnya pengaruh alam terhadap perkembangan peserta didik. Menurut Oemar
Hamalik (2004: 195) Lingkungan (environment) sebagai dasar pengajaran adalah
faktor kondisional yang mempengaruhi tingkah laku individu dan merupakan faktor
belajar yang penting. Lingkungan yang berada disekitar kita dapat dijadikan
sebagai sumber belajar. Lingkungan meliputi: Masyarakat disekeliling sekolah;
Lingkungan fisik disekitar sekolah, Bahan-bahan yang tersisa atau tidak dipakai
dan bahan-bahan bekas dan bila diolah dapat dimanfaatkan sebagai sumber atau
alat bantu dalam belajar; dan Peristiwa alam dan peristiwa yang terjadi dalam
masyarakat.
Jadi media
pembelajaran lingkungan adalah pemahaman terhadap gejala atau tingkah laku
tertentu dari objek atau pengamatan ilimiah terhadap sesuatu yang ada di
sekitar sebagai bahan pengajaran siswa sebelum dan sesudah menerima materi dari
sekolah dengan membawa pengalaman dan penemuan dengan apa yang mereka temui di
lingkungan mereka.
Dengan
adanya pemanfaatan lingkungan sebagai media pembelajaran ini guru berharap
siswa akan lebih akrab dengan lingkungan sehingga menumbuhkan rasa cinta akan
lingkungan sekitarnya. Langkah awal yang dapat dilakukan (Asnawir & Usman,
2002: 109):
1.
Menanami halaman sekolah dengan tumbuh-tumbuhan
dan bunga-bunga,
2.
Membawa tumbuh-tumbuhan dan
hewan-hewan kedalam kelas,
3.
Mengusahakan mengoleksi rumput-rumputan dan
daun-daunan (herbarium), serangga (insektarium), ikan dan binatang air
(aquarium),
4.
Menggunakan batu-batuan dan
kerang-kerangan, semua ini dapat dijadikan sebagai sumber pelajaran.
Pemanfaatan
lingkungan sebagai media pembelajaran ini lebih bermakna disebabkan para siswa
dihadapkan langsung dengan peristiwa dan keadaan yang sebenarnya secara alami,
sehingga lebih nyata, lebih faktual, dan kebenarannya dapat dipertanggung
jawabkan. Banyak keuntungan yang diperoleh dari kegiatan mempelajari lingkungan
dalam proses belajar mengajar ( Sudjana & Rivai, 2002: 208):
1.
Kegiatan belajar lebih menarik dan
tidak membosankan siswa duduk di kelas berjam-jam, sehingga motivasi belajar
siswa akan lebih tinggi,
2.
Hakikat belajar akan lebih bermakna
sebab siswa dihadapkan langsung dengan situasi dan keadaan yang sebenarnya atau
bersifat alami,
3.
Bahan-bahan yang dapat dipelajari
lebih kaya serta lebih faktual sehingga kebenarannya lebih akurat,
4.
Kegiatan belajar lebih komprehensif
dan lebih aktif sebab dapat dilakukan dengan berbagai cara seperti mengamati,
bertanya atau wawancara, membuktikan atau mendemonstrasikan, menguji fakta,
5.
Sumber belajar menjadi lebih kaya
sebab lingkungan yang dapat dipelajari bisa beraneka ragam seperti lingkungan
sosial, lingkungan alam, lingkungan buatan, dan
lain-lain, dan siswa dapat
memahami dan menghayati aspek-aspek kehidupan yang ada dilingkungannya,
sehingga dapat membentuk pribadi yang tidak asing dengan kehidupan di
sekitarnya, serta dapat memupuk rasa cinta akan lingkungan.
Selain itu
untuk memanfaatkan lingkungan sekitar harus memenuhi beberapa syarat tertentu
diantaranya :
1.
Harus sesuai dengan garis-garis
besar program pengajaran,
2.
Dapat menarik perhatian siswa,
3.
Hidup dan berkembang di
tengah-tengah masyarakat,
4.
Dapat mengembangkan keterampilan
anak berinteraksi dengan lingkungan,
5.
Berhubungan erat dengan lingkungan
siswa, dan
6.
Dapat mengembangkan pengalaman dan
pengetahuan siswa.
Pada
dasarnya pelaporan kegiatan hasil belajar merupakan kegiatan mengkomunikasikan
dan menjelaskan hasil penilaian seorang guru terhadap perkembangan siswa.
Kemudian informasi mengenai hasil penilaian proses dan hasil belajar serta
hasil mengajar yaitu berupa penguasaan indikator yang telah ditetapkan, oleh
peserta didik informasi hasil penilaian ini dapat digunakan sebagai sarana
untuk memotivasi peserta didik dalam pencapaian pembelajaran, agar dapat
meningkatkan kualitas pembelajaran. Bentuk laporan hasil penilaian proses dan
hasil belajar meliputi aspek kognitif, afektif, dan psikomotor Haryati (2007
:115).
Menurut
Sudjana (2002 : 45) dalam proses belajar-mengajar, tipe hasil belajar yang
diharapkan dapat dicapai siswa penting diketahui oleh guru, agar guru dapat
merancang atau mendesain pengajaran secara tepat dan penuh arti. Setiap proses
belajar-mengajar keberhasilannya diukur dari seberapa jauh hasil belajar yang
dicapai siswa, disamping diukur dari segi prosesnya. Artinya, seberapa jauh
tipe hasil belajar yang dimiliki siswa. Tipe hasil belajar harus nampak dalam tujuan
itulah yang akan dicapai oleh proses belajar-mengajar.
2.4.
Motivasi Berprestasi
Motivasi berperstasi adalah dorongan untuk selalu
berjuan, bekerja habis-habisan untuk mencapai sukse, adalah suatu motivasi
untuk berkinerja atau berprestasi lebih baik, lebih efisien, berkualitas dari
hari ke hari.
Motivasi tiap orang kadang pada puncaknya ia sangat rajin
belajar, bekerja dengan sangat bersemangat dan tanpa lelah. Tetapi pada
kesempatan lain, ia kurang termotivasi, malas belajar dan bekerja atau ia gagal
mencapai prestasi yang baik. Motivasi sangat dipengaruhi oleh keadaan
kematangan pribadi dan lingkungan. Orang yang punya kemauan kuat dan kematangan
pribadi dalam kondisi apa pun ia akan tetap rajin dan dari hari ke hari semakin
baik. Ini perlu tahapn-tahapan, latihan-latihan yang efektif untuk menerima
diri apa adanya, dalam suasana apa pun akan tegar dan terus memotivasi diri.
Ciri-ciri orang bermotivasi prestasi tinggi :
1. Orang yang
tinggi motivasi berprestasinya, selalu lebih suka dan puas dengan prestasi
hasil usaha sendiri. Ia memahami benar bahwa sukses itu bukan sekedar nasib
mujur, tetapi hasil perjuangan. Jika menemui kegagalan, bukan berarti sial
namun memang volume usahanya masih kurang.
2. Senantiasa
berusaha mencari umpan balik dan evaluasi guna memperoleh masukan untuk
berusaha lebih keras lagi.
3. Suka tantangan
dan memilih tugas atau pekerjaan yang resikonya realistis, yaitu yang didukung
kemampuan nyata. Yang resiko gagalnya sama dengan resiko berhasilnya, berarti
berbanding 50% : 50%. Orang yang rendah motivasi berprestasinya hanya memilih
pekerjaan lunak, kecil resikonya sehingga tidak perlu banyak usaha, atau
sebaliknya memilih resiko super tinggi tanpa perhitungan sehingga jika gagal
bisa cari-cari alasan atau malah lari dari tanggung jawab.
4. Mereka kreatif,
lebih gigih, enerjik, lebih suka bertindak daripada berdiam diri, produktif dan
penuh inisiatif. Mereka mampu mengukur atau mengelola kemampuan secara
realistik (masuk akal), cermat dan bertujuan jangka panjang. Mereka
sungguh-sungguh terlibat dengan usahanya, bekerja atau belajar selalu tuntas.
Mereka sadar bahwa berprestasi besar itu tidak bisa diraih dalam waktu singkat
dan mudah.
Faktor-faktor
yang memengaruhi motivasi untuk berprsetasi :
1. Faktor
pengetahuan tentang kegunaan belajar,
2. Kebutuhan,
3. Kemampuan,
4. Kesenangan,
5. Pelaksanaan
kegiatan belajar,
6. Hasil belajar,
7. Kepuasan,
8. Karakteristik
pribadi dan lingkungan.
2.5.
Arti Penting
Kebersihan
1. Kebersihan lingkungan mendorong semangat belajar siswa
Dalam setiap aspek dan perilaku siswa tentunya tampak
dari kebiasaan nya setiap hari. Demikianlah dengan lingkungan kelas bahkan lingkungan sekolah sekalipun.
Bila lingkungan sekolah maupun lingkungan kelas termasuk ruangan kelas bersih dan ditata sebaik – baiknya, maka
motivasi belajar yang timbulpun akan mengajak
sahabat – sahabat untuk semangat dalam mengikuti pembelajaran.
2. Kebersihan lingkungan menjadi
keunggulan sekolah
Kita tahu, bahwa
kebersihan lingkungan sekolah juga
berdampak dan berpengaruh besar bagi siswa terlebih lagi bagi sekolah
itu sendiri. Karena semua orang pasti menyelidiki situasi maupun keadaan
sekolah sebelum menjadi siswa disekolah tersebut. Jadi, untuk menjaga nama baik
sekolah, setiap penggerak – penggeraknya harus menjaga kebersihan dan
kenyamanan di sekolah serta keamanan disekolah. Terlebih dahulu bagi para siswa
/ siswi di SMA Negeri 1 Wonoayu.
3. Kebersihan dapat memperlancar otak
manusia
Perlu kita tahu bahwa lingkungan bersih atau tidaknya
berdampak besar bagi otak manusia.
Karena oksigen berupa O2 yang dihirup melalui paru – paru sebagian
besar berfungsi untuk memperlancar
peredaran darah melalui saraf otak manusia. Hal inilah yang selalu
dikhawatirkan oleh manusia. Sehingga mereka dapat menjaga kebersihan lingkungan
di sekitarya.
2.6.
Pengaruh
Kebersihan terhadap Proses Belajar Mengajar
Lingkungan
belajar yang efektif adalah sebuah lingkungan belajar yang produktif,
dimana sebuah lingkungan belajar yang didesain atau dibangun
untuk membantu pelajar meningkatkan produktifitas belajar mereka sehingga proses
belajar mengajar tercapai sesuai dengan apa yang diharapkan. Hal ini dapat digambarkan dengan, kemudahan para
pelajar dalam berfikir, berkreasi juga mampu secara aktif dikarenakan lingkungan belajar yang bersih sangat mendukung sehingga timbul ketertiban dan kenyamanan pada saat proses belajar mengajar berlangsung. Berbeda halnya dengan pelajar
yang memiliki sebuah lingkungan belajar yang kotor,
tentunya akan menimbulkan kesan malas dan membosankan sehingga tidak timbul
rasa semangat pada proses belajar mengajar.
2.7.
Upaya Menciptakan Sekolah yang Bersih.
Tentu
kita tidak mau sekolah kita menjadi kotor, kumuh, dan penuh dengan sampah. Di samping itu, sampah
yang sering kita buang dengan sembarangan dapat mencemari lingkungan, baik didalam maupun di
luar kelas dan juga dapat menyebabkan
suasana belajar yang tidak nyaman. Demi terciptanya lingkungan sekolah yang bersih,
sehat, dan indah sebaiknya kita
melakukan upaya-upaya yang bersifat mengatasi masalah tersebut,
upaya-upaya yang perlu di lakukan adalah sebagai berikut:
a. Guru
memberi contoh bila membuang sampah selalu pada tempatnya.
b. Membuat
tata tertib baru yang isinya tentang pemberian denda Rp 2000,00 setiap membuang sampah
tidak pada tempatnya.
c. Siswa diharapkan
mempunyai kesadaran hati nuraninya sendiri untuk menjagakebersihan sekolah.
d. Petugas
piket pada hari itu juga harus membersihkan kelas dan lingkungan sekitar.
e. Melarang
siswa membuang sampah tidak pada tempatnya.
f.
Melarang siswa
mencorat-coret meja atau kursi di dalam kelas atau lingkungan sekitar dan memberikan
sanksi yang tegas bagi pelanggarnya.
2.8.
Hasil
Penelitian
Pelaksanaan : Angket disebarkan pada hari Selasa, 13
November 2012
Responden : Siswa SMA Negeri 1 Wonoayu kelas X dan XI
Jumlah : Responden kelas X : 30 responden
Responden kelas XI : 38 responden
Jumlah :
68 responden
No.
|
Pertanyaan
|
Jawaban Responden
|
1.
|
Apakah di kelas Anda terdapat
daftar piket ?
a. Ada
b. Tidak ada
|
66
2
|
2.
|
Apakah Anda selalu piket
sesuai dengan jadwal yang ada ?
a. Ya
b. Tidak
|
22
46
|
3.
|
Apakah yang Anda lakukan jika
saat jam pelajaran kelas Anda dalam keadaan kotor ?
a. Membersihkannya
b. Pura-pura tidak tahu
c. Menunggu perintah guru untuk membersihkannya
|
20
20
28
|
4.
|
Jika kelas Anda kotor, apakah
Anda berkonsentrasi belajar ?
a. Ya
b. Tidak
|
14
54
|
5.
|
Apa yang menyebabkan kelas
Anda kotor ?
a. Sampah makanan
b. Kertas
c. Kondisi lingkungan (debu)
|
57
5
6
|
Berdasarkan data di atas, penggambaran analisa datanya adalah sebagai
berikut :
1.Perbandingan
banyaknya responden yang kelasnya memilki daftar piket.
2.
Perbandingan
banyaknya responden yang melaksanakan piket sesuai jadwal dan yang tidak sesuai
jadwal.
3.Perbandingkan
tindakan yang dilakukan responden jika saat jam pelajaran kelas dalam keadaan
kotor.
4.Perbandingan
banyaknya responden yang tidak berkonsentrasi jika kelas dalam keadaan kotor
dengan yang dapat berkonsentrasi.
5.Perbandingan
penyebab kelas kotor menurut responden.
2.9.
Analisis Data
1.
Mengetahui tingkat
kepedulian siswa SMAN 1 Wonoayu dalam menjaga kebersihan.
Penelitian yang kami lakukan ada hubungannya dengan
beragam upaya yang dilakukan siswa-siswi jika kelas mereka dalam keadaan kotor
sebagai pembuktian rasa kepedulian mereka terhadap kebersihan lingkungan.
Sebanyak 20 orang atau sekitar 30% memilih membersihkan jika kelas mereka
kotor. Sebanyak 29 orang atau sekitar 41% memilih menunggu perintah guru untuk
membersihkan kelas. Tapi, ada juga yang memilih untuk berpura-pura tidak tahu,
yaitu sebanyak 19 atau sekitar 29%. Ketiga pernyataan tersebut menyatakan bahwa
tidak semua siswa memiliki kepedulian terhadap lingkungan. Sebagai siswa SMAN 1
Wonoayu, hendaknya kita senantiasa menjaga kebersihan lingkungan sekolah kita
tercinta ini.
2.
Mengetahui tingkat
konsentrasi belajar siswa SMAN 1 Wonoayu.
Kebersihan lingkungan sangat berpengaruh pada tingkat
konsentrasi belajar siswa. Berdasarkan hasil penelitian, sebanyak 54 orang dari
68 responden mengatakan tidak berkonsentrasi saat belajar jika kondisi kelas
dalam keadaan kotor. Perolehan itu mencapai 79%. Di samping itu, ada responden
yang mengatakan dapat berkonsentrasi walaupun kelasnya dalam keadaan kotor.
Prosentasenya mencapai 21%. Berdasarkan data tersebut, diketahui bahwa
banyaknya siswa yang terganggu dengan kelas yang kotor lebih besar jika
dibandingkan dengan banyaknya siswa yang tidak terganggu dengan kelas yang
kotor.
Kesimpulan :
a. Siswa
SMA Negeri 1 Wonoayu
tergolong acuh tak acuh terhadap kondisi kebersihan lingkungan
sekolah. Siswa belum mempunyai kesadaran erhadap semua itu.
Dengan alasan sekolah telah menyediakan petugas kebersihan sekolah yang
nantinya akan membersihkan setiap kelas tiap harinya.
b. Siswa
kurang bisa konsentrasi belajar jika lingkungan sekolah kotor. Kebanyakan karena
sampah makanan, kertas, debu, bungkus makanan, dan bekas rautan pensil.
2.10.
Kondisi Kebersihan di SMA Negeri 1 Wonoayu
Kebersihan
lingkungan sekolah adalah salah satu faktor yang mendorong kita untuk lebih bersemangat
dalam proses kegiatan belajar mengajar.
Oleh karena itu, kebersihan
lingkungan sekolah harus
dijaga. Begitu pula dengan
kebersihan lingkungan
SMA Negeri 1
Wonoayu yang harus kita jaga
dan kita lestarikan. Kondisi kebersihan
SMA Negeri Wonoayu saat ini belum menunjukkan lingkungan sekolah yang
bersih. Masih banyak kita jumpai sampah-sampah yang dibuang sembarangan. Misalnya
di kolong meja, kantin, dan tempat-tempat yang tidak terlihat oleh mata (tersembunyi).
Padahal, tempat-tempat tersebut bukanlah tempat sampah.
Sampah-sampah tersebut
berupa sampah sisa
makanan seperti kulit kwaci,
bungkus plastik makanan, kertas dan
lain-lain. Pada saat upacara bendera yang diadakan setiap hari
senini, pihak sekolah selalu mengingatkan para siswa-siswi SMA Negeri 1 Wonoayu
untuk menjaga kebersihan lingkungan sekolah. Tetapi, tidak jarang juga
ditemukan siswa yang masih saja
mengotori lingkungan sekolah. Pihak sekolah sudah melakukan tindakan-tindakan
untuk tercapainya lingkungan sekolah yang bersih, indah, sehat,dan nyaman. Tindakan-tindakan
tersebut antara lain mengadakan
lomba kebersihan kelas, sehingga masing-masing kelas akan berlomba-lomba untuk
membersihkan dan memperindah kelas mereka.
Dengan
tindakan-tindakan tersebut
diharapkan mampu menyadarkan siswa untuk menjaga kebersihan lingkungan
sekolah dan dapat menciptakan kondisi lingkungan sekolah yang bersih, bebes dari
sampah, indah, sehat,
dan dapat mendukung kegiatan proses belajar mengajar (KBM).
Tetapi masih saja bisa kita jumpai sampah-sampah kertas di kolong meja.
Hal tersebut menunjukkan betapa rendahnya tingkat kesadaran siswa dan siswi SMA
Negeri 1 Wonoayu
dalam menjaga
kebersihan lingkungan
sekolah.
Meskipun
pihak sekolah sudah melakukan upaya-upaya untuk menciptakan
kebersihan tetapi
jika siswa dan siswinya
tidak mempunyai
rasa memiliki
terhadap fasilitas-fasilitas yang
ada, maka semua tindakan
tersebut menjadi
sia-sia.
2.11.
Peran
Siswa dalam Menjaga Kebersihan Lingkungan Sekolah.
Agar
sekolah terlihat bersih, siswa dapat berperan dalam menjaga kebersihan lingkungan sekolah
dengan cara tidak membuang sampah sembarangan, selain itusiswa juga bisa
memungut sampah yang berserakan dan membuangnya pada tempat sampah yang telah
tersedia agar tidak ada sampah yang berserakan di lingkungan sekolah. Serta, siswa
diharapkan tidak mencorat-coret tembok dan bangku yang merupakan sarana pembelajaran,
dengan begitu, bangku dan tembok akan tetapterlihat bersih tanpa adanya
coretan-coretan yang dibuat oleh siswa dan siswi
Selain
membuang sampah pada tempatnya, menjaga kebersihan bangku dan tembok,
siswa juga diwajibkan untuk melaksanakan piket kelas yang sudah menjadi ketentuan
di SMA Negeri 1
Wonoayu. Dan juga bisa
dijadikan lomba kebersihan kelas induk
untuk masing-masing kelas, agar
siswa dan siswi dapat menjaga kebersihan kelas
induknya masing-masing. Diluar lomba kebersihan kelas induk tersebut,
juga pihak sekolah membuat satu peraturan yang didalamnya berisi anjuran
bagi siswa dan siswi untuk menjaga kebersihan lingkungan
sekolah, dan memberi sanksi yang tegas
bagi siswa dan siswi yang melanggarnya. Hal yang paling pokok untuk
peran siswa dan siswi
dalam menjaga kebersihan
SMA Negeri 1
Wonoayu ini adalah, kesadaran
diri masing-masing individu untuk
menjaga kebersihan sekolahnya agar sekolah tetap dalam keadaan bersih dan nyaman
untuk proses kegiatan belajar mengajar.
2.12. Pengaruh
Kondisi Lingkungan Sekolah terhadap Motivasi Berprestasi
Siswa
Dalam proses pembelajaran banyak faktor
yang mempengaruhi prestasi siswa.
Salah satunya yaitu kebersihan lingkungan sekolah, khususnya pada lingkungan kelas.
Kebersihan sangat mempengaruhi konsentrasi belajar siswa. Jika kelas bersih, indah dan
tertata rapi maka
kemungkinan besar kenyamanan dalam proses pembelajaran akan tercapai.
Selain itu konsentrasi pun
bisa lebih fokus, dengan begitu sistem kerja otak akan
semakin meningkat. Tetapi sebaliknya, jika lingkungan sekolah
terutama kelas terlihat kotor dan kumuh, pelajaran atau materi yang akan diberikan
oleh guru akan sulit diterima oleh siswa, hal ini disebabkan karena pecahnya
konsentrasi akibat situasi kelas yang tidak nyaman.
Suasana kelas yang seperti ini juga
menyebabkan siswa bosan atau mengantuk. Maka dari itu kelas
harus selalu dalam keadaan bersih agar siswa bisa meningkatkan prestasinya.
Dalam
menjaga kebersihan kelas, dibutuhkan kerja sama antara siswa, guru,dan petugas
kebersihan sekolah. Siswa adalah salah satu pendukung kebersihan sekolah,
karena jumlah siswa yang sangat banyak jika dibandingkan dengan warga sekolah
lainnya. Siswa yang memiliki IQ tinggi pasti memiliki kecerdasan dan kecekatan dalam berfikir. Maka
jika diingatkan untuk tidak membuang
sampah sembarangan ataupun mencorat-coret bangku, siswa akan mematuhi hal
tersebut. Dengan kata lain, siswa yang tidak bisa diperingatkan, selalu
merusak, mengotori lingkungan sekolah bisa dikatakan siswa tersebut ber-IQ
rendah.
BAB III
PENUTUP
3.1.
KESIMPULAN
1. Kondisi
kebersihan SMA Negeri 1 Wonoayu
masih tergolong belum
bersih, karena
masih ditemukan sampah-sampah di sepanjang lingkungan SMA Negeri 1 Wonoayu.
2. Kebanyakan
siswa masih berlaku acuh-tak acuh terhadap kebersihan lingkungan sekolah. Hal
ini bisa dilihat dari coretan-coretan di bangku sekolah, dan
dinding-dinding sekolah.
3. Siswa
yang memiliki IQ tinggi
pasti memiliki kecerdasan dan
kecekatan dalam berfikir. Maka
jika ciingatkan untuktidak membuang sampah
sembaranganataupun
mencorat-coret bangku, siswa akan mematuhi hal tersebut. Dengan katalain, siswa
yang tidak bisa diperingatkan, selalu merusak, mengotori lingkungansekolah bisa
dikatakan siswa tersebut ber-IQ rendah.
3.2.
SARAN
1.
Menegakkan kembali
peraturan piket di kelas masing-masing.
2.
Tata tertib yang lebih
tegas lagi untuk menindak siswa dan siswi yang mengotori lingkungan sekolah.
3.
Penyediaan sarana
kebersihan (sapu, kemoceng, lap) di setiap kelas.
4.
Agar penggunaan lingkungan sebagai
sumber belajar berhasil dengan baik, perlu dilakukan langkah-langkah:
perencanaan, pelaksanaan, dan tindak lanjut. Dalam langkah- langkah tersebut,
guru dan siswa terlibat aktif sehingga kegiatan pemanfaatan lingkungan tersebut
menjadi tanggung jawab bersama.
DAFTAR PUSTAKA
Arijati, Nur. 2010. Modul Bimbingan Konseling. Surakarta: CV
Hayati Tumbuh Subur.
Indonesia.1997.Undang – Undang R.I. No. 23 Tahun 1997
tentang Pengelolahan Lingkungan Hidup.Jakarta:Inyan Pariwara.
Sutarno. 1990. Biologi SMP1. Surakarta: Wudya duta.
Lampiran 1
ANGKET
1.
Apakah
di kelas Anda sudah terdapat daftar piket ?
a.
Ada
b.
Tidak ada
2.
Apakah
Anda selalu piket sesuai dengan jadwal piket yang ada ?
a.
Ya
b.
Tidak
3.
Apa
yang Anda lakukan jika saat jam pelajaran kelas Anda dalam keadaan kotor ?
a.
Membersihkannya
b.
Pura-pura tidak tahu
c.
Menunggu perintah untuk membersihkannya
4.
Jika
kelas Anda dalam keadaan kotor, apakah Anda dapat berkonsentrasi belajar ?
a.
Ya
b.
Tidak
5.
Apakah
yang menyebabkan kelas Anda kotor ?
a.
Sampah makanan
b.
Kertas
c.
Kondisi lingkungan (debu)
Lampiran 2
FOTO
SAAT PENGISIAN ANGKET